Pages

Sabtu, 21 Desember 2013

"love it struggles"

Hidup itu tak pernah terlepas dari yang namanya cinta.
Kamu pernah mengalaminya bukan?
Sekali, dua kali, atau mungkin sampai kesekian yang bahkan kamu nggak tahu pasti berapa tepatnya.
Karena pada kenyataannya kamu akan jatuh cinta berkali – kali sebelum kamu mendapatkan seseorang yang benar – benar ditakdirkan untukmu.
Mengenal apalagi merasakan cinta memang rasanya membahagiakan. Bukankah ada pepatah yang bilang “Jatuh cinta berjuta rasanya”?
Namun, manusia acap kali hanya memusatkan pandangan dan perhatian terhadap hal – hal menyenangkan saja tentang cinta.
Aku pernah membaca sebuah kutipan dari seorang penulis yang aku kagumi, seorang pengarang buku berjudul Kukila. Mungkin kamu pernah tahu, mendengar, atau bahkan membacanya. Ya dialah orangnya.
“Barangkali cinta saja sudah cukup.  Pakai ‘jatuh’ bisa patah.” -M. Aan Mansyur
Manusia barangkali lupa bahwa dalam setiap hal selalu ada dua sisi yang diperlihatkan.
 Seperti kisah cinta.
Tak selalu hal menyenangkan saja yang terjadi. Namun juga hal menyedihkan mungkin saja terjadi.
Manusia sering kali lupa bahwa sekadar memiliki cinta saja tidaklah cukup.
Karena selalu dibutuhkan perjuangan untuk mempertahankan cinta :’)
Sebenarnya bila kamu memejamkan mata dan memutar ulang memori, kamu akan dan seharusnya menemukan bahwa perjuangan itu bahkan telah ada saat ingin memulai sebuah cinta.
Mungkin para pria yang sering lupa saat punya keinginan kuat untuk mendapatkan pujaan hatinya, ia akan melakukan berbagai cara untuk memilikinya. Terlihat sekali mereka begitu antusias saat ‘mengejar’ wanitanya. Mulai dari hal – hal kecil seperti waktu mengirimkan dan membalas pesan yang begitu cepat, durasi waktu saat berbicara melalui telepon, atau juga intensitas saat bertemu. Mereka melakukan perjuangan.
Mungkin para wanita juga sering kali tak menyadari ketika pria begitu bergelora dalam merebut hatinya, seberapa sering senyum yang tercipta dan kencangnya debaran jantung yang mengisyaratkan perasaan dan kata hati turut menorehkan perjuangan. Karena memutuskan untuk memilih atau menolak seorang pria adalah suatu permulaan dalam cinta. Sebelum akhirnya dihadapkan pada hal - hal yang membutuhkan lebih banyak lagi perjuangan.

Tuhan mempertemukan dua insan manusia yang bahkan kita tak pernah dapat menebak dengan siapa, kapan, dan di mana itu akan terjadi.





Tentu saja juga tak dapat menerka apa yang akan terjadi dalam masa depan. Baik itu satu bulan kemudian, satu tahun, lima tahun, sepuluh tahun kemudian, dsb.
Apalagi yang dapat kita lakukan selain berdoa serta berusaha mempertahankan segala yang ada bukan? :’)

Berbicara soal takdir, aku termasuk salah satu yang percaya bahwa segalanya ada yang mengatur termasuk cinta.
Terkadang, ada rasa kesal yang menyelinap setiap kali aku mendengar siapa pun yang berbicara, “Ah, enak banget sih lo sama dia. Nggak kaya gue sama pacar gue nih. Bla bla bla....”
Hey. Tuhan bahkan sudah menuliskan script dan suratan takdir untuk kamu. Mengapa harus membandingkannya dengan kisah milik orang lain?
Karena sesungguhnya manusia para penghuni dunia bawah langit hanyalah seorang aktor dan aktris yang memainkan peran berdasarkan skenario milik Sang Pencipta sebagai sutradara.
Semuanya hanya tergantung kepada kamu dan pasangan kamu dalam menjalaninya. Seberapa kuat kalian untuk saling menjaga dan mempertahankan.

Lalu, bagaimana dengan perjuangan itu sendiri?
Aku punya pandangan khusus untuk hal ini. 
Pandangan yang berasal dari pengalaman di masa yang lalu.
Untukku membicarakan masa lalu bukanlah masalah selama aku tak terjerat di dalamnya.




Masa lalu memang ada untuk dikenang, meski sekelam apapun.
Karena tanpa masa lalu aku takkan pernah bisa bangkit berdiri di masa sekarang dalam upaya memperjuangkan masa depan.
Mungkin bukan hanya aku yang pernah mengalami kisah cinta yang begitu pahit.
Dan kepahitan itu meninggalkan luka dalam dan membutuhkan waktu untuk menyembuhkannya.
Bukan hanya aku yang pernah diharuskan mengerti dan menjalani hubungan dengan rentang jarak yang jauh.
Bukan hanya aku yang pernah merasakan waktu seakan ingin menunda pertemuan antara aku dan orang yang aku cintai yang membuatku harus sabar menunggu.
Bukan hanya aku yang pernah mengalami cerita cinta yang berakhir dengan pengkhianatan.
Bukan hanya aku yang pernah mendapatkan janji manis namun segalanya seperti terlupakan begitu saja.
Bukan hanya aku yang pernah menghadapi seseorang yang sebenarnya begitu mempunyai cinta yang dalam namun segalanya terpaksa berakhir karena ia punya suatu ‘rahasia’ yang selalu melemahkan tubuhnya yang membuatnya merasa bahwa ia takkan bisa membahagiakanku.
Dan bukan hanya aku juga yang pernah menghadapi perbedaan dalam cinta.
Perbedaan yang membuat segalanya terasa sia – sia.

Tapi hanya ada satu kesamaan dalam setiap kisah yang menggariskan sejarah dalam hidupku.
Kisah yang mengisi serta memenuhi buku kehidupanku.
Kisah yang menorehkan apa yang kusebut kenangan.
Aku belajar dan akhirnya berhasil mengerti tentang sesuatu.
Sesuatu itu adalah perjuangan.



Sering kali saat merasa khawatir, lelah, ragu, jenuh, marah, atau pun segala emosi lainnya, kita akan kesulitan untuk mengendalikan diri.
Juga seperti saat aku mengalami sebuah perbedaan yang membuatku pernah berpikir untuk mengakhiri segalanya.
Namun Tuhan seperti mencegahku. Dan akhirnya aku melakukan sesuatu yang lain.
Berdoa. 



Berbicara kepada-Nya, menangis sejadi – jadinya di hadapan-Nya.
“Tuhan, apa boleh aku tetap melanjutkan semua ini sampai nanti Engkau yang mengisyaratkan aku kapan aku harus berhenti berjuang?”
Dan butuh keikhlasan yang kutanamkan dalam hati dan pikiranku untuk mengambil keputusan: Aku memilih berjuang. Sampai batas di mana waktu yang akan menunjukkan kapan aku harus mengakhiri segala perjuangan.



Mulai sejak awal yang bahagia hingga selesai dengan akhir yang tak menyenangkan, aku tetap berpegang teguh bahwa segala sesuatunya memang telah ditakdirkan oleh Tuhan.
Dan juga bahwa perjuangan tetap harus ada dalam mencapai sesuatu termasuk untuk sampai pada akhir sebuah cerita.


Mungkin pernah atau sering terbersit  sesuatu yang menimbulkan rasa ‘sia – sia’ atau ‘penyesalan’ untuk sesuatu yang telah dimulai. Namun keraguan dan ketakutan yang tertanam di dalam pikiran itu hanya akan membentuk sugesti terus - menerus nantinya.
Karena sesungguhnya cinta butuh percaya.



Untuk apapun yang terjadi kemarin; sekarang; atau nanti, baik itu hal yang membuatmu tersenyum atau meneteskan air mata, semuanya tetaplah akan menjadi sesuatu yang memberikan warna dalam hidupmu. Sesuatu yang menghidupkan dirimu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar